Tata
Cara dan Sopan Santun Hubungan Suami-Istri dalam Islam
Islam mengajarkan tata cara dan sopan santun hubungan suami-istri.
Agama Islam mengutamakan adab atau
sopan santun dalam segala perbuatan manusia, termasuk ketika melakukan hubungan
seksual atau berhubungan intim antarsuami istri. Bersopan santun dalam hal ini
juga ditekankan oleh agama.
Islam merupakan agama yang mengatur hajat hidup manusia, mulai dari hal-hal
besar hingga hal kecil yang seringkali dilupakan dan bisa jadi cukup vital.
Salah satu hal yang diatur sedemikian rupa oleh Islam adalah tentang adab dan
sopan santun dalam berhubungan intim antara suami dengan istri.
Dalam buku Muamalah Menurut Alquran, Sunah, dan Para Ulama karya
Muhammad Bagir dijelaskan, Nabi Muhammad SAW dalam beberapa riwayat hadis
selalu mengucapkan basmalah dan juga ber-taawudz ketika hendak melakukan
hubungan intim dengan istri-istrinya.
Abdullah bin Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda: “Law anna
ahadukum idza arada an ya’ti ahlahu faqaala; bismillahi allahumma janabna
as-syaithaana wa janabna maa razaqtana fa innahu in yuqaddar bainahuma waladun
fii dzalika lam yadhurruhu syaithaanun abadan,”.
Yang artinya: “Jika seseorang dari kamu mendatangi (hendak bersenggama
dengan) istri, maka ucapkanlah: dengan menyebut nama Allah, ya Allah jauhkanlah
kami dari gangguan setan dan jauhkanlah setan dari rezeki yang Engkau
anugerahkan kepada kami. Kemudian jika Allah menakdirkan lahirnya anak dari
hubungan intim itu, maka setan tidak akan bisa mencelakakan anak tersebut
selamanya,”.
Hadis ini merupakan hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam
Muslim (Muttafaqun Alaih). Selain berdoa, adab sopan santun dalam bersenggama
lainnya adalah memerhatikan agar tidak saling melihat aurat masing-masing
secara vulgar meski membuka pakaian secara keseluruhan memang diperbolehkan.
Nabi bersabda: “An-nazharu ilal-farji yuritsu at-thamsa ay al’ama,”. Yang
artinya: “Melihat kelamin seorang wanita itu bisa menyebabkan
kebutaan,”. Dalam riwayat lainnya, Nabi juga menganjurkan bagi umat
Muslim untuk menutupi sebagian dari tubuh pasangannya masing-masing.
Adab serta sopan santun berikutnya dalam bersenggama adalah tidak kasar dan
dilakukan dengan tertuju langsung berpenetrasi. Artinya, lakukanlah dulu
tindakan secara fisik seperti mencium, memeluk, dan tindakan dan emosional (foreplay)
sebelum melakukan penetrasi. Sehingga masing-masing pasangan merasa telah siap
secara fisik maupun secara psikologis untuk berpenetrasi.
Kemudian, baik suami maupun istri seharusnya tidak mengakhiri senggama secara
sepihak. Sampai kedua-duanya mendapatkan klimaks dari penetrasi yang dilakukan.
Untuk itu dalam hal bersenggama, mengelola emosi serta energi juga diperlukan
untuk dapat menuntaskan birahi secara benar dan menguntungkan untuk kedua belah
pihak.
Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa baik laki-laki maupun perempuan tidak boleh
saling egois dalam bersenggama. Misalnya, ketika suami telah mendapatkan titik
klimaks berhubungan dengan istrinya, ia harus menunggu istrinya merasakan hal
yang sama. Maka, lebih baik ditanyakan terlebih dahulu ke istri apakah ia sudah
mendapatkan klimaks sebagaimana yang ia rasakan.
Nabi pun pernah bersabda sebagaimana hadis yang diriwayatkan Abu Ya’la:
“Apabila seseorang bersenggama dengan istrinya, hendaklah dia melayaninya
dengan sebaik-baiknya. Dan apabila dia telah merasa terpenuhi kebutuhannya,
hendaklah dia tidak tergesa-gesa, tetapi menunggu sampai si istri pun merasa
terpenuhi kebutuhannya,”.
Untuk itulah, sebagai umat pengikut Nabi Muhammad, anjuran-anjuran agama
tentang berhubungan intim pun layak untuk dipraktikkan dalam kehidupan
sehati-hari bersama pasangan yang sah.
https://www.republika.co.id/berita/qmhenk430/tata-cara-dan-sopan-santun-hubungan-suamiistri-dalam-islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar